Walau identik dengan penyakit orang tua, gejala alzheimer atau kepikunan juga bisa menyerang orang muda. Untuk menghindarinya, menjaga kebugaran fisik dan mental dengan mengadopsi gaya hidup sehat adalah solusi utama.
Belakangan, kasus alzheimer yang sering menyerang para manula ini terus meningkat. Pada 2010, penderita alzheimer sudah mencapai 5,6 juta orang. Diprediksi, akan meningkat menjadi 65,7 juta pada 2030 dan 115,4 juta pada 2050. Data terbaru menunjukkan, kasus baru terjadi setiap empat detik. Di Indonesia, penderita penyakit ini sudah sebanyak 1 juta orang. Adapun yang cukup memprihatinkan, masih banyak masyarakat yang belum paham akan gejalanya dan penanganan alzheimer yang tepat.
”Alzheimer bukanlah bagian dari proses penuaan yang normal. Ini penyakit otak yang bukan hanya memicu kelupaan, tetapi juga penurunan kemampuan berpikir dan membuat keputusan,” kata Dr Ir Martina WS Nasrun SpKJ (K), dokter spesialis psikiatri geriatri FKUI-RSCM di acara talkshowbertema ”Understanding Alzheimer” di @america, One Pacific Place, Sudirman, Jakarta, Rabu (4/9).
Menurut Martina, alzheimer merupakan salah satu jenis demensia, yaitu penyakit akibat kerusakan otak yang menyebabkan hilangnya fungsi otak secara bertahap hingga mengalami penyusutan akibat selsel otak yang mati. Sel-sel otak tersebut mati akibat timbunan plak yang menggerogoti bagian-bagian tertentu pada otak. Sekitar 50%–60% penderita demensia adalah akibat alzheimer, yang lainnya karena penyakit stroke, parkinson, dan lainnya.
Demensia bisa disebabkan oleh berbagai hal dan dapat memengaruhi ingatan, proses berpikir, perilaku, dan emosi. ”Perjalanan penyakitnya terus memburuk dari waktu ke waktu, secara pelan-pelan merampas daya kognitif hingga penderitanya tidak bisa melakukan apa-apa,” ujarnya. Pasien demensia juga akan kehilangan memori baru dan kembali pada ingatan hidup yang lama.
Dia mengemukakan, sekitar 53% pasien demensia sudah mengalami tanda-tanda pre-demensia, seperti halnya diabetes. Penyakit ini umumnya dialami oleh mereka yang berusia di atas 80 tahun. Namun, gejala awal bisa muncul jauh sebelum gejala jelas tampak bahkan dalam usia muda hingga 20 tahun sebelumnya. Selain usia, faktor lain yang memicu terserang demensia, di antaranya gender yaitu kebanyakan diidap para wanita, riwayat keluarga, cedera kepala, berpendidikan rendah, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas.
Demensia juga bisa dipicu oleh depresi, penyakit hipertiroid, parkinson, status konfusional akut (delirium), kekurangan vitamin, beberapa infeksi, dan tumor otak. ”Setiap pasien memiliki gejala dan pemicu yang berbeda-beda,” kata Martina.
Direktur Eksekutif Alzheimer’s Indonesia (Alzi), DY Suharya memaparkan, ada beberapa gejala alzheimer yang patut diwaspadai. Salah satunya adalah sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi dan menceritakan kejadian yang sama berulang kali. Selain itu, mereka juga sulit melakukan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari, seperti lupa cara memasak atau mengoperasikan telepon.
Selain itu, lanjut dia, penderita alzheimer mengalami disorientasi waktu dan tempat. Sulit juga untuk membaca, mengukur jarak, membedakan warna, dan lupa di mana meletakkan suatu benda. Bahkan, mereka sering kali mencurigai ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut.
Pasien juga umumnya kesulitan untuk berbicara dan mencari kata yang tepat untuk menjelaskan sesuatu serta salah membuat keputusan. Misalnya berpakaian tidak serasi dan memakai kaus kaki yang berbeda warna. ”Yang paling parah tampak ketika penderita alzheimer mulai menarik diri dari pekerjaan dan aktivitas sosial mereka,” kata DY Suharya.
Emosi pasien alzheimer juga berubah secara drastis menjadi bingung, curiga, depresi, takut, mudah kecewa, marah, dan putus asa serta tergantung yang berlebihan pada keluarga. Kurangnya informasi mengenai gejala dan penanganan alzheimer, terutama di Indonesia, sangat memprihatinkan. Ahli Kesehatan Mental Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Albert Maramis mengatakan, jumlah total orang penderita demensia akan naik hingga dua kali lipat setiap 20 tahun.
”Saat ini ada sekitar 7,7 juta kasus demensia baru setiap tahun di seluruh dunia. Artinya, ada satu kasus terbaru setiap empat detik,” sebutnya. Banyak orang, lanjut Albert, tidak menyadari dampak ekonomi yang sangat besar untuk menangani penderita demensia. Sebuah data menunjukkan, anggaran penanganan demensia di dunia sekitar USD600 miliar, di mana jika diibaratkan sebuah negara, menjadi negara ke-18 terbesar ekonominya.
DY mengungkapkan, untuk menghindari risiko menderita alzheimer, orang perlu menjaga kesehatan fisik dan mental, serta gaya hidup mereka sejak usia dini. Hal ini dapat dilakukan dengan menjalankan olahraga rutin, makan makanan sehat, latihan mental, tidur cukup, memiliki manajemen stres yang baik, dan kehidupan sosial yang aktif.
”Olahraga otak juga penting untuk menjaga kondisi otak. Mengerjakan kuis teka-teki silang (TTS), membaca, membuat buku harian, serta beberapa permainan brain gymlainnya dapat dilakukan untuk membuat otak terjaga baik,”
Post a Comment