Anak sulit makan adalah salah satu problem yang sering dialami orang tua. Untuk menyiasatinya, buatlah suasana makan yang menyenangkan dan berikan anak menu yang variatif agar tidak bosan. Proses tumbuh kembang anak merupakan hal kompleks. Pertumbuhan pada anak berarti adanya penambahan jumlah dan besar sel yang berdampak pada kenaikan berat badan dan tinggi badan.
Sementara perkembangan anak terlihat dengan adanya peningkatan fungsi motorik, kognitif (inteligensia), dan emosi-sosial yang membentuk kepintaran. Menyelaraskan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian asupan makanan bergizi harus diprioritaskan. Tujuannya, untuk memastikan anak mendapat energi sesuai dengan kebutuhan aktivitas metabolik dan fisik.
Selain itu, untuk membentuk pola makan yang baik sejak dini dan anak menjadi terbiasa dengan perilaku makan baik hingga kualitas hidup saat dewasa terjaga. Namun, masalah sulit makan pada anak tak jarang dihadapi para orang tua. Penyebabnya, di antaranya faktor fisik dan psikis. ”Selain adanya gangguan pencernaan atau sakit pada anak, terkadang orang tua yang terlalu mencemaskan asupan nutrisinya, membuat suasana makan menjadi tidak kondusif dan menyenangkan bagi anak. Padahal, dengan suasana menyenangkan, anak dapat makan dengan lahap,” kata spesialis gizi RS Hermina Ciputat, Witri Ardini saat acara Mengatasi Picky Eaterpada Anak, Minggu (8/9).
Lebih lanjut, gangguan makan pada anak tidak selalu harus dikhawatirkan orang tua. Menolak suatu jenis makanan atau minuman yang ditawarkan merupakan hal wajar karena terkadang anak masih sulit mencerna dan membiasakan rasa yang dia dapat. ”Variasi makanan, mulai dari warna, bentuk, dan rasa memengaruhi selera makan anak. Kreativitas dan kesabaran menjadi kunci penting bagi orang tua dalam memenuhi asupan nutrisi anak,” kata Witri.
Orang tua juga harus tahu bahwa setiap tahapan tumbuh kembang anak memiliki kebutuhan berbeda. Asupan makanan pun dibedakan untuk bayi, balita, dan anak-anak. Untuk bayi yang baru lahir hingga usia enam bulan, menurut Witri, makanan terbaik cukup air susu ibu (ASI). Bukan hanya karena telah mencukupi gizi harian bayi, cara ini menjauhkan bayi dari potensi mengidap alergi pada usia dini.
Lalu saat usia enam bulan ke atas, perlahan bayi asupan ASI atau susu formulanya dikurangi dan ditambahkan dengan makanan padat pendamping ASI. Semakin bertambah usia bayi, porsi makanan padat ditambahkan, sedangkan susu semakin berkurang. ”Untuk mengenalkan jenis makanan baru, perkenalkan hanya satu makanan untuk melihat reaksi bayi dan tunggu 1–2 hari. Jeda pemberian ASI dan makanan padat akan memberi bayi waktu untuk melaparkan diri dan membiasakan makan. Tahapan aman jenis makanan untuk bayi adalah jus buah, bubur susu, nasi tim saring, dan nasi tim bertekstur lebih kasar,” lanjutnya.
Dengan tahapan tersebut, nantinya balita akan terbiasa makanan keluarga. Sebab, pada tahapan ini, anak lebih tertarik pada lingkungan dan belajar mengenali sekitar. Demi menunjang belajar makan mandiri, pemberian jenis makanan harus lebih bervariasi, baik warna, tekstur, maupun rasanya.
Saat anak menjadi semakin aktif dan eksploratif, terkadang nafsu makan relatif berkurang dan menyebabkan orang tua cemas. Solusinya bisa diberikan makanan dalam porsi kecil, namun sering karena kapasitas perut anak kecil dan memiliki selera berbeda setiap harinya terhadap makanan.
Post a Comment